Thursday, May 24, 2012

Chelse Lebih Baik Tanpa John Terry

Saya penggemar Chelsea, saya akan menulis sedikit tentang Chelsea & sang kapten John Terry (JT).

Mungkin analisa saya salah, tetapi Chelsea tanpa JT justru meraih "keberuntungan". Pertama saat melawan Barca di leg 2 liga Champion. Tanpa JT, Chelsea bisa menahan imbang Barca dan lolos ke final.

Di final, tanpa JT, Chelsea merengkuh kampiun Eropa pertamanya. Masih ingat final 2008 saat JT gagal mengeksekusi tentangan penalty terakhir yang seharusnya jadi kemenangan Chelsea saat itu?

Satu lagi JT tidak menunjukkan sisi "kemanusiaannya" saat keukeh menjadi yang pertama mengangkat thropy Champion. Seharusnya dia legowo memberikan kehormatan kepada Frank Lampard yang tampil brillian sebagai kapten di laga final tersebut. Tapi JT kemaruk mengangkatnya. Lihatlah bagiamana kapten Barca, Puyol, memberikan kehormatan kepada Abidal untuk yang pertama menerima & mengangkat thropy Champion tahun lalu?

Seharusnya JT belajar dari Puyol

Wednesday, February 29, 2012

Sepakbola Tanpa Wasit

Pernahkah kita bermain sepakbola? Saya kira hampir semua kita yang anak laki pernah bermain sepakbola.

Sepakbola merupakan permainan favorit anak-anak. Lihatlah mereka begitu riang bermain bola dilapangan seadanya, dijalanan desa, dihalaman rumah bahkan disawah yang baru dipanen.

Apakah ada wasitnya saat anak-anak itu bermain bola? Jawabannya TANPA WASIT. Tetapi walaupun tanpa wasit, mereka bermain dengan jujur. Kalau melakukan pelanggaran, maka mereka akan sama-sama tahu dan mengakuinya. Kalau memang sudah melewati garis gawang, maka akan sama-sama diakui sebagai gol. Setelah selesai bermain, merekapun akan pulang bersama-sama dengan gembira. Tanpa ada rasa persaingan apalagi permusuhan.

Marilah kita tiru anak-anak ini. Sikap jujur dan saling mencintai sesama.

Wednesday, February 22, 2012

Takut Tidur Siang

Diceritakan bahwa ada seorang yang takut sekali kalau tidur siang. Dia merasa tidak enak dan berdosa.

Temannya yang diajak bicara bingung, kenapa tidur siang saja sampai takut. Apa dirumahmu tidak aman? Banyak pencuri di siang hari?

Dia bilang tidak, rumahnya aman-aman saja. Trus kenapa takut tidur siang?

Dia jawab karena dia tidur siang waktu khotbah Sholat Jum'at.

Thursday, December 1, 2011

Para Pendamping Nabi

Copas dari sitenya Mas Saptuari http://saptuari.blogspot.com/ .
Sangat menginspirasi & membuka mata hati kita

Para Pendamping Nabi...

“Aku dan orang-orang yang mencintai anak yatim seperti dua jari ini di surga nanti..” begitu kata kanjeng Nabi..

Jogja, 1985
Aku ingat sosok bungkuk berambut putih itu, jalannya cepat dengan kain jarik yang membalut tubuhnya, namanya Mbah Pawiro, orang-orang di desaku memanggilnya mbah Ro untuk menyingkat namanya. Di usianya yang sudah sepuh mbah Ro tidak pernah diam, dia masih sering keliling desa, ke sawah dan bertandang ke rumah tetangga. Rumahnya di barat desa sangat sederhana, hanya bangunan bambu dengan dinding dari gedeg (bambu anyaman) di semua sisinya. Kata ibuku mbah Ro putri ini dulu waktu muda adalah ledek (penari) yang berkeliling dari desa kedesa, sampai akhirnya menikah dengan mbah Pawiro Kakung dan tinggal di desa ini. Mereka tidak memiliki anak, dimasa tuanya mbah Ro merawat 3 orang anak kecil yang ditinggal mati ibunya.. mereka piatu, sementara ayahnya jadi duda yang tidak bekerja. Tiga anak inilah yang tiap hari dimandikan, diberi makan oleh mbah Ro.
Hari menjelang magrib, Bapakku yang tugas jadi tentara di Jakarta hari ini pulang ke desa, bapak jadi orang yang dihormati di desa waktu itu, tentara yang pulang dengan seragam hijaunya, para tetangga sering menyapa jika bapak pulang... “ooo Pak Ratno sampun kundur..”
Mbak Pawiro datang kerumah sore itu, dengan badan bungkuknya dia bertemu dengan bapak di ruang tamu, aku mendengar percakapan mereka.
“duuuh Pak Ratnooo.., kulo nyuwun tulung nek wonten beras kagem putu-putu kulo, niki sek esuk dereng kelebon sekul...” mbah Pawiro nembung beras untuk tiga anak yang diasuhnya itu. Suaranya mengayun menghiba mohon belas kasihan, Bapak memberi beberapa lembar uang ribuan yang cukup untuk membeli beberapa liter beras waktu itu, Mbah Pawiro menghujani dengan ucapan terimakasih yang tercecer-cecer hingga ke jalan...
Begitulah wanita bekas ledek itu menutup hari tuanya, merawat anak-anak tanpa orang tua yang kelaparan, hingga akhir hidupnya, bahkan dia rela menjadi peminta-minta agar perut anak-anak itu tidak kelaparan dan tidur dengan perut penuh rintihan....
Mbah Pawiro meninggal hari itu.. segenap tetangga mengantar dengan hikmat hingga ke pemakaman, anak-anak tanpa ibu yang di rawatnya kini kehilangan simbah yang melindunginya.

Hari berlalu, bulan, tahun berganti...
Hari ini Mbah Pawiro kakung meninggal dunia, 7 tahun sudah sejak Mbah Pawiro putri menghadap Illahi, warga sepakat simbah kakung dimakamkan bersebelahan dengan simbah Putri. Warga yang bertugas menggali kubur mulai mencangkul tanah disamping makam itu. Satu-persatu tanah dalam ember diangkat keatas, hingga kedalaman dua meter mereka melihat sesuatu yang ajaib di depan mata mereka. Kain kafan yang membungkus jenazah Mbah Pawiro putri masih putih bersih, utuh, tidak rusak walaupun tujuh tahun sudah berlalu, walaupun terpendam di dalam tanah bersama ulat, cacing dan jutaan makhluk pengurai.. Para warga yang terkesima dengan pemandangan itu lalu merapikan sisi kain kafan yang menonjol, memberi ruang yang rapi untuk jenazah mbah Pawiro kakung yang akan dimakamkan sore nanti...
Cerita itu menjadi bahan pembicaraan turun temurun di desaku, hingga ibuku bercerita kepadaku sambil kami ngobrol di meja makan minggu lalu..
Soto ayam buatan ibuku teteeep paling enak sedunia! Aku selalu nambah porsinya... ssrrruuppp!
----------------------------------------------------

Giwangan Jogja, 1979
Anak-anak laki-laki para penghuni panti asuhan itu berkumpul sambil makan seadanya. Nasi dengan tempe dan sayur lodeh sudah menjadi makanan istimewa untuk mereka. Panti Asuhan Putra Islam itu didirikan oleh eyang Suryowinoto, bukan orang kaya namun beliau yang perduli dengan anak-anak yatim yang terlantar dan tidak ada yang merawatnya. Eyang Suryo inilah yang mengumpulkan anak-anak itu dirumahnya, memberi mereka makan dan merawat mereka hingga tidak terlantar dijalanan..
Sehabis sholat Isya, anak-anak panti itu berkumpul di ruang tamu, mereka menghadap Eyang Suryo yang baru selesai mengaji.
“ada apa le, kenapa kalian tidak belajar atau mengaji..?” tanya Eyang
“nyuwun ngapunten Eyang, beras yang kita miliki sudah habis.. yang tadi kita makan adalah beras terakhir, besok pagi belum ada beras untuk sarapan Eyang” salah seorang dari mereka menjelaskan.
Eyang Suryo tersenyum, sambil berdiri beliau berkata..
“Wiss, tenangno atimu.. Gusti Allah nanti yang akan mencukupi, berdoalah.. beliau tidak pernah tidur..” jelas Eyang Suryo sambil berjalan ke arah kamar mandi.
Anak-anak panti itu hanya manggut-manggut..
Baru beberapa menit setelah Eyang Suryo masuk ke kamar mandi, pintu depan tiba-tiba diketuk seseorang, mereka beranjak membukakan pintu.. seorang lelaki dengan beras sekarung sudah berdiri di depan pintu.
“Assalamualaikum nak, saya mau mengantarkan beras untuk panti ini, semoga bermanfaat..”
Seketika mata anak-anak yang tadinya kuyu itu berbinar-binar seperti melihat hujan emas di depan mereka, satu dua anak berlari ke arah kamar mandi sambil berteriak-teriak...
“Eyaaaang... eyaaaang.... Gusti Allah mengirimkan berassss untuk kita!! “
“Eyang... Eyaaaaang... kita bisa sarapan nasi besok pagi!!”
...............
Eyang Suryo yang mengajari Allah selalu mencukupi
Kisah sederhana yang menggetarkan itu aku dengar dari Mas Tono dua bulan lalu, dia cucu Eyang Suryo yang mengelola salah satu cabang panti itu sekarang di Jogjakarta..
------------------------------------

Bantul, 2002..
Bayi itu tergeletak di depan rumah, di dalam kardus yang terbuka. Ibunya tidak menginginkannya, anak ini harus dibuang, siapapun yang menemukan biar merawatnya.. jika bernasib malang, mungkin saja jadi santapan binatang.. selesai semua urusan..
Mbah Nur memungut bayi itu, membawanya ke dalam rumah, membersihkannya, memberinya susu seperti anaknya sendiri. Kasih sayang seorang simbah yang dulu pernah menjadi ibu muda kembali dinikmatinya.
Dalam kondisi keuangan yang terbatas, mbah Nur mendatangi warung berhutang untuk susu bayi itu, sekali waktu bertemu dengan ibu-ibu, mbah Nur mengajak mereka semua..
“Ayo to, berjuang ngurusi bayi-bayi ini... aku diewangi, dibantu, ini anak-anak tidak berdosa yang butuh kasih sayang dan bimbingan..”
Dari mulut ke mulut berita itu menyebar, ibu-ibu yang ada di kampung itu ikut tergerak hatinya. Bayi-bayi tanpa orang tua terus berdatangan, dititipkan oleh mereka yang tidak menginginkan kehadirannya. Mbah Nur harus mendapat tantangan dari anaknya sendiri yang tidak setuju rumahnya jadi seperti penitipan bayi.
Dengan dana seadanya akhirnya mereka mengontrak sebuah rumah sederhana, tempat bayi-bayi itu sekarang berada. Mbah Nur meninggal setahun sebelum gempa, seorang wanita tua yang mewariskan semangat kepada ibu-ibu di desanya agar tetap bermanfaat hingga akhir hayat...
“kami ingin melanjutkan keinginan Mbah Nur mas, jadi walaupun gaji sedikit hanya untuk beli beras, tapi saya senang disini mengurus bayi-bayi ini.. “ kata Mbak Asih sore itu.
Tempat ini memang tidak layak disebut panti asuhan, sebuah rumah berpagar kayu disamping jalan Ringroad selatan yang dilewati bus-bus dan truk yang melaju, menderu menyemburkan debu-debu!
Menanti Orang tua yang tak kunjung datang...

Wajah anak-anak itu menyembul dari pagar kayu... mata mereka berkilau setiap ada orang yang datang, berharap itu orang tuanya yang mengajaknya pulang..
Pulang ke rumah dengan kasur empuk, selimut dan belaian kasih sayang... walaupun senyum mereka akan kembali pudar, seiring para tamu yang pulang menjelang hari rembang petang...

Aku selalu rindu melihat langit Jogja berwarna jingga menemani matahari pulang. Romantisme abadi yang membuat siapapun kangen untuk kembali datang..
--------------------------------------

Jogja, Oktober 2011
Ustadz Arif Hartanto menghela nafas panjang ketika aku bertanya bagaimana susahnya mengurus sebuah Panti Asuhan. Teh hangat yang dihidangkan di meja sudah kuteguk sekali, rasanya kental dan manis sekali..
“Kalo Kanjeng Nabi ngendiko, Aku dan orang-orang yang mencintai anak-anak yatim seperti dua jari ini di surga... Iuar biasa itu mas, VVIP posisi itu.. sudah di surga, di samping Kanjeng Nabi lagi, walaupun harus saya akui, perjuangannya juga VVIP mas...” kata Ustadz Arif sambil tersenyum.
Pandangannya menerawang keluar sambil membuka memori yang pernah dialami.

“Saat itu 6 orang anak kami harus masuk ke SMK, dan mereka Alhamdulillah diterima di sebuah SMK Favorit di Jogja, per orang harus membayar biaya 11 juta, jadi kami harus menyiapkan dana 66 juta. Mereka sudah berkumpul dengan wajah tertunduk, karena kami memang tidak punya uang sebanyak itu..”
“saat itu saya sampaikan kepada mereka, Wisss caah.. besok bapak akan ke sekolah kalian, bapak tidak bawa uang, tidak bawa apa-apa, bapak hanya bawa doa... kalian bantu bapak berdoa agar semua dimudahkan, kekuatan doa itu melebihi segala-galanya..”

Aku menunggu cerita Ustadz Arif menuju puncaknya, sekali lagi kusruput teh manis itu.

“Ya Sudah mas, paginya saya berangkat.. niat Bismillah, ketemu dengan kepala sekolah langsung saya menjelaskan kondisi kami semuanya. Dan kalo Allah sudah memudahkan, membalikkan dan melunakkan hati itu sangaaaat mudah sekali. Uang gedung 15 juta tiba-tiba dicoret, uang sumbangan ini itu tiba-tiba dicoret, akhirnya dari 66 juta kami hanya diminta membayar 17 juta.. itupun boleh dicicil sampai kami memiliki dana... Saya pulang ke rumah, saya tunjukkan ke mereka bahwa Allah bisa memudahkan semuanya.. Alhamdulillah saat ini mereka sudah sekolah semua..”

Aku takjub mendengarnya..

Seorang anak dengan baju sekolah, badan berkeringat tiba-tiba masuk ruangan... mengucapkan salam lalu mencium tangan Ustadz Arif.
“Maaf pak, saya pulang terlambat.. tadi ada tugas tambahan di sekolah” katanya
“Ya sudah sana istirahat, kalau sudah teman-temanmu semua diajak nyiram tanaman yaa..”
“Matur suwun pak... Assalamualaikum”
Panti Asuhan itu ada di pinggir sawah, menghadap ke barat, ketika matahari sore memancarkan sinar berkilat seolah menyinari dan memberi arti, dari tempat inilah akan lahir manusia-manusia berbudi pekerti tinggi pelanjut jejak langkah para Nabi...

Ustadz Arif Hartanto, Muda bersahaja..

---------------------------------------

Jogja, 2006... Panti Asuhan Qoirunnissa
“saya Saptuari bu, saya kesini ingin menyampaikan sesuatu...” Suaraku tersedak
Bu Titik pengelola panti itu terkejut dengan perubahan ekspresiku.
“pripun mas, apa yang bisa kami bantu..?”
“Maaf bu, saya jadi nangis gini... saya dulu pernah tidak sengaja berhutang kepada kawan saya, saya menjualkan kaos-kaos yang dijual kawan saya itu. Saya jual di kampus, saya titipkan di toko-toko souvenir, sampai akhirnya kawan saya tiba-tiba meninggal dunia bu, sementara banyak dagangan kawan saya itu yang belum laku dan masih saya bawa. Sekarang semua dagangan itu saya tebus semua, senilai 1,5 juta. Saya niatkan untuk diberikan ke Panti asuhan ini saja bu, mohon doanya dari adik-adik semua semuanya untuk kawan saya itu...”
Bu Titik tiba-tiba ikut menangis... wanita berwajah teduh itu menghapus airmata dengan kedua tangannya.
“Subhanallah masss... matur suwuun, kami akan doakan seusai sholat Magrib berjamaah nanti. Ketika orang melupakan hutang kepada orang mati, mas Saptu justru ingin melunasinya dengan doa... kami pasti turut mendoakan.. semoga beliau tenang disisiNya...”

Pohon-pohon hijau yang ada di halaman panti itu mengirimkan angin semilir ke ruang tamu, menjadi saksi aku dan bu Titik menangis bersama lima tahun lalu...

Alhamdulillah, setiap Ramadhan aku rutin mengajak karyawanku buka puasa ke Panti Asuhan yang dikelola Bu Titik di jalan Wonosari itu, agar mereka juga belajar dan memahami arti berbagi yang bisa menembus hati nurani...
Dua bulan lalu juga aku ditunjukkan sebuah benang merah, ketika #SedekahRombongan mulai aku gerakkan mengunjungi Panti-panti di sekitar Jogja, setelah sekian lama aku baru mengetahuinya... Ustadz Arif Hartanto adalah Putra tertua Bu Titik, mereka adalah Cucu dan Anak Mantu dari Eyang Suryowinoto... Lelaki tua yang 32 tahun lalu pernah menjanjikan pada anak-anak panti, bahwa Gusti Allah akan mengirimkan beras untuk sarapan mereka esok hari...

Bu Titik waktu acara buka Puasa 2007
-----------------------------------------

Jalan Imogiri Bantul...
Menuju panti asuhan itu butuh ketajaman mata, plang Panti Asuhan Amanah terlalu kecil dipasang disebrang jalan, sehingga aku kebablasan, mobil kumundurkan masuk jalan desa ke kanan, menyusuri tengah desa, pinggir sawah luruuuss hingga aku menemukan bangunan seperti sekolah.
“dulu ini memang sekolah mas, namun tidak terpakai karena kekurangan murid, akhirnya saya dan beberapa warga menjadikannya sebagai Panti Asuhan. Kami hanya modal nekat mas, niat kami mengumpulkan anak-anak yatim, piatu, duafa agar mereka tetap bisa sekolah, belajar disini.. sebagian ada yang korban gempa, sekarang total ada 120 anak mas, yang tinggal disini 30an anak. Selebihnya mereka pulang, orang tua mereka para petani, atau buruh tani miskin yang tinggal disekitar sini.. Alhamdulillah Allah selalu memudahkan..” Pak Kirno pimpinan panti itu mulai bercerita.
Di luar sana ada sekelompok anak-anak putri yang sedang belajar bahasa Inggris di pendopo bambu itu, ternyata ada Mahasiswa relawan yang mengajar disana..

“lalu, saat ini Panti ini butuh apa pak?” tanyaku..
Pak Kirno terdiam, tubuhnya tetap bersandar di kursi tua itu nyaris tanpa ekspresi..
Lalu wajahnya menengok ke arahku..
“waduh mas, kami ini sudah dibantu saja sudah terimakasiiiiiiih sekali, rasanya tidak pantas kami menyebut semua permintaan kami, apapun kami terima mas, apapun bermanfaat untuk anak-anak kami... kami pun memulai ini semua tanpa apa-apa, Gusti Allah yang mencukupkan...” lanjut Pak Kirno.

Tiba-tiba belasan anak panti putri masuk keruangan, mereka mengucapkan salam berbarengan, mungkin mereka baru datang dari rumah-rumah sekitar. Satu persatu mereka mencium tanganku dan tangan pak Kirno, lalu pamit bergabung dengan kawan-kawannya di Pendopo...

“Ini pak, Alhamdulillah ada titipan dari kawan-kawan #SedekahRombongan 4 juta, semoga bermanfaat untuk adik-adik disini..” kataku menyampaikan
Pak Kirno tidak langsung menerima amplop itu, dia mengusap kedua tangannya ke wajah, ucapan Alhamdulillah tiba-tiba beruntun meluncur dari mulutnya, disusul dengan airmata yang menetes dari wajahnya. Aku terbawa suasana.... Amplop berisi uang itu aku letakkan di meja, dan aku harus membersihkan kacamataku yang tiba-tiba berembun dan mengandung air entah dari mana...
“matur suwuuuuun masss.... matur suwuuuun...” ucap Pak Kirno sambil menjabat tanganku erat.

Kami berjalan keluar...
Pak Kirno menunjukkan sebuah gambar masjid, sketsa kasar dari tangannya yang ditempel di pintu ruangan itu.
“kami ingin memiliki masjid di Panti ini mas, saya menggambarnya saja, saya tidak tau kapan akan bisa membangunnya, gambar ini lalu saya pasang di pintu ini. Seminggu kemudian ada seorang donatur datang, dia melihat gambar masjid ini dan bertanya mana masjidnya? Saya jawab nanti akan dibangunkan oleh Allah. Donatur itu lalu minta ijin dia membiayai pembangunan masjid di panti ini sampai selesai..”

Pak Kirno menunjuk ke barat, kearah sebuah bangunan yang masih dikepung bambu-bambu penyangga, sebuah masjid mulai di bangun di sisi barat bekas sekolah itu, hanya seminggu sejak coretan itu ditempelnya, dan Gusti Allah langsung mengabulkannya...

Aku pamit pulang, hari sudah beranjak sore.. rimbun padi di hamparan sawah yang kulewati seolah kembali menjadi saksi, bahwa Gusti Allah hadir di setiap penjuru bumi...

Pak Kirno dari dusun di pelosok Bantul

------------------------------------------
Sudah hampir jam 3 pagi... imajinasiku melayang tinggi... tembussss ke langit puuaaling tinggi....
............
“hoooo!!....tempat itu indah sekali, sangaaat indah sekali... aku coba mendekatinya, suasananya tenaaang, damai, apakah ini surga?? Gak ada tempat seindah ini di dunia... Subhanallah!
Ada sekumpulkan manusia disana, mereka berjalan bersama-sama dengan wajah ceria.. mereka menuju ke arahku... siapakah manusia dengan wajah bercahaya itu? oooohh Apakah itu Kanjeng Nabi?? Wajahnya teduuuuh sekali, bersih bercahaya namun tidak menyilaukan mata...

Eh, Masya Allah... aku mengenali wajah-wajah disampingnya, itu Mbah Pawiro, badannya tidak bungkuk lagi! Lho.. Ada Bu Titik dan Ustadz Arif.. dan itu Pasti Eyang Suryo, dan Itu pasti Mbah Nur! Subhanallah, Pak Kirno melambaikan tangan kepadaku... !!
Apakah benar mereka sekarang telah mendampingi Kanjeng Nabi di Surga! Kanjeng Nabi hari ini menepati janjinya...

Mereka semua berdiri di depanku, ada batas seperti kaca yang ada didepanku memisahkan aku dan mereka... Ya Allah ya Rabbi... senyum mereka ceraaaah sekali!

Aku gemetar, suaraku tidak bisa keluar... aku ingin memohon ijin kepada Manusia Bercahaya itu, apakah aku boleh bergabung bersama mereka... kupaksa suaraku tetap tidak keluarrrr.. aku sudah gemetar ketakutan untuk berkata-kata...

aku tidak sanggup lagi untuk bertanya, pasraaaaah saja...
aku takut jika Manusia Bercahaya itu menjawab pertanyaanku cukup dengan satu gelengan kepala, dan bayangan hitam lalu melemparkan tubuhku ke dalam api yang menyala-nyala jauuuuuuuuuh di belakang sana...”

Subuh menjelang, kututup imajinasiku dengan menangis sejadi-jadinya...!!



*Diketik di Jogja, Dibaca dimana Sadja
1 Desember 2011

temukan ratusan cerita sedekah di www.sedekahrombongan.com

Wednesday, November 30, 2011

MERBOT

MERBOT (PETUGAS PENJAGA/PEMBERSIH MASJID)
COPAS DARI TWITTERNYA USTADZ YUSUF MANSUR @Yusuf_Mansur

(+) Ustadz kl ada yg nanya marbot itu kan sholatnya tepat wktu trs,tp knapa hidupnya msh kurang trs? ► #merbot (1/21)

(-) Hidupnya merbot itu bisa shalat tepat wkt, berjamaah di masjid, sunnah2nya komplit, plus dpt amalan orang, ► #merbot (2/21)

maka ini sdh sekaya2nya orang.Beda emang cara pandangnya. ► #merbot (3/21)

Kemudian jika merbot ini berilmu, maka dia akan berpeluang diangkat hidupnya lbh mungkin lagi . Makanya merbot hrs belajar. ► #merbot (4/21

Ga perlu belajar formal. Bisa ikut ngaji, baca buku, dan diskusi dg imamnya. Merbot biasanya anak2nya bakal jadi2 orang. ► #merbot (5/21)

Merbot sehat2 badannya, jauh dari sakit jantung,stroke,ginjal bocor,stroke,maka ini sdh merupakan kekayaan yg tak ternilai. ► #merbot (6/21

Tidak sedikit merbot yg anaknya ga shalat loh... Istri yg suka ngomongin orang... Nah, konsepnya sama aja dg konsep amalan. ► #merbot (7/21

Jgn dibocorin, baik dg perilaku sendiri, maupun dg perilaku org yg terelasi dg nya.Dan insyaAllah,jgn dilihat jg dlm 1-2th. ► #merbot (8/21

Tapi lihat dlm bbrp kurun wkt. Itu jika kemudian merbot ini ga berilmu banyak. Kl berilmu banyak, relatif cepet keangkatnya.► #merbot (9/21

Setidaknya nih ya, akan terapgred lbh cepet jadi imam, bila bacaannya bagus, iya kan? ► #merbot (10/21)

Bs jg jadi ustadz, bila bs juga ngajar. Tentu ini semua saling melengkapi. Finally,dunia emang bukan tempat panen yg pasti.► #merbot (11/21

Tempat panen yg pasti, adalah di akhirat nanti, dg kematian yg baik adlh gerbang pertamanya, kubur adlh gerbang keduanya. ► #merbot (12/21)

Jika merbot mau kemudian banyak panen di dunia, maka berdoalah minta dunia. ► #merbot (13/21)

InsyaAllah doanya ini akan jadi ibadah tambahan kpd Allah walo mintanya adalah dunia. ► #merbot (14/21)

Sbg kalam akhir, tdk jarang merbot juga malas doa, malas pula ibadah tambahan. Merbot2 yg panggilan hati, berilmu,► #merbot (15/21)

dan ibadah yg cakep yg akan punya bnyk keberuntungan.Tdk usah khawatir, renungin kalimat sejak dari awal tulisan saya ini. ► #merbot (16/21

Selalu ada kesempatan dan keberuntungan. Saya doakan. ► #merbot (17/21)

He he, lupa... :D. Ga semua tau merbot itu apaan. Merbot itu penjaga masjid, pelayan / pengurus masjid u/ urusan bersih2 ► #merbot (18/21)

masang karpet, masang sound-system, ngepel2, nyapu2...Sebagai liburan, boleh juga ajak keluarga sekali2 ddtg ke masjid, ► #merbot (19/21)

gantiin tugas merbot. Dan sekeluarga seharian melayani tamu2 Allah yg dtg shalat, mulai dari bersihin toilet,► #merbot (20/21)

motong rumput halaman masjid, nyapu, nyedot debu, dll. Bagi2 tugas sama anak2 dan suami/istri. #merbot (21/21)

Dan boleh juga sambil sama kelompok sepedaan, kelompok senam, kwn2 ktr, gantian tugas.#merbot

Lbh cakep lagi, direksi2 tuker tempat bentaran, 1hr dlm 1bl atau 1th, jadi merbot.. #merbot

Monday, August 25, 2008

ANTHURIUM













Copyright@anthuriumcentre. Dilarang mengambil photo ini tanpa ijin.

Sansivera













Sansivera - sansivieria - pedang pedangan - lidah mertua

J










Sunday, August 24, 2008

ANAK CERDAS DAN KREATIF BERKAT ALUNAN MUSIK

Sumber : I Gede Agung Yudana, dr. & Hardywinoto SKM ( intisari (Mei 1999))

Dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak seusianya, anak dari Ny. Ir. Catharina (30) jauh lebih baik. Ketika berusia dua bulan, anaknya sudah bisa tertawa terbahak-bahak. Di usia 3,5 bulan, sudah bisa melepas kacamata kakeknya. Bahkan, ketika umurnya menginjak empat bulan, sudah bisa bersalaman.

Semua itu bukan tanpa sebab. Ketika hamil, Ny. Catharina ingat cerita orang tuanya bahwa musik klasik karya Wolfgang Amadeus Mozart bisa membuat perkembangan otak belahan kanan janin dalam kandungan menjadi lebih baik sehingga meningkatkan kemampuan afektif si anak.

Dari situlah ia lalu berusaha untuk selalu mendengarkan musik klasik. Dalam perjalanan ke kantornya, musik yang buat banyak orang terasa berat itu terus mengalun dari kaset di dalam mobilnya. Baginya mendengarkan musik klasik bukanlah kegiatan aneh apalagi membosankan karena kebetulan ia pencinta musik klasik. Ia justru terhibur di tengah-tengah kemacetan lalu lintas ibukota.

Kedua belahan otak harus imbang Mendengarkan musik klasik sebenarnya merupakan bagian dari beberapa stimulasi yang biasanya diberikan oleh ibu hamil kepada janin di dalam kandungannya. Demikian kata Prof. Dr. Utami Munandar dalam seminar "Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Janin dan Kehamilan", di Jakarta, November silam.
Menurut guru besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu, stimulasi tersebut meliputi stimulasi fisik-motorik dengan "mengelus-elus" jabang bayi melalui kulit perut sang ibu, stimulasi kognitif dengan berbicara dan bercerita kepada janin, dan stimulasi afektif dengan menyentuh perasaan bayi. Makin sering dan teratur perangsangan diberikan, makin efektif pengaruhnya.

Pada janin, musik akan merangsang perkembangan sel-sel otak. Perangsangan ini sangat penting karena masa tumbuh kembang otak yang paling pesat terjadi sejak awal kehamilan hingga bayi berusia tiga tahun. Namun, menurut dr. Jimmy Passat, ahli saraf dari FKUI-RSCM, dan Isye Widodo, S.Psi, koordinator Parent Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, intervensi ini haruslah seimbang. Orang tua sebaiknya tidak hanya menstimulasi kemampuan otak kiri, tetapi juga otak kanannya.

Oleh para pakar, organ pengontrol pikiran, ucapan, dan emosi ini memang dibedakan atas dua belahan, kiri dan kanan, dengan fungsi berbeda. Otak kanan berkaitan dengan perkembangan artistik dan kreatif, perasaan, gaya bahasa, irama musik, imajinasi, lamunan, warna, pengenalan diri dan orang lain, sosialisasi, serta pengembangan kepribadian. Sementara otak kiri merupakan tempat untuk melakukan fungsi akademik seperti baca-tulis-hitung, daya ingat (nama, waktu, dan peristiwa), logika, dan analisis.

Oleh karena itu, bila stimulasi dilakukan secara seimbang, diharapkan anak yang dilahirkan kelak tidak cuma memiliki kemampuan akademik yang baik tetapi juga kreatif. Kalau dia pintar matematika, dia juga mampu berbahasa, menulis, dan mengarang dengan baik.
Sementara itu bagi ibu hamil, musik - terutama yang klasik - bisa membebaskannya dari stres akibat kehamilan. Ini sangat baik sebab, menurut dr. Suharwan Hadisudarmo Sp.OG. MMR, stres yang tidak dikelola dengan baik, akan berdampak buruk bagi ibu yang bersangkutan dan perkembangan janin di rahimnya. Stres pada wanita hamil akan meningkatkan kadar renin angiotensin, yang memang sudah meningkat pada wanita hamil sehingga akan mengurangi sirkulasi rahim-plasenta-janin. Penurunan sirkulasi ini menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen kepada janin berkurang. Perkembangan janin pun terhambat. Hambatan macam ini bisa dihilangkan atau dikurangi bila si ibu mendengarkan musik klasik, terutama karya Mozart.
Memang, tidak setiap ibu hamil menyukai musik klasik. Namun, kalau didengarkan secara berulang-ulang hingga hafal, akan terasa letak indahnya musik klasik ini. Keindahan dan ketenangan inilah yang membuat musik klasik itu istimewa.

Cukup 30 menit sehari

Mungkin semua jenis musik, dari yang tradisional hingga modern, bisa pula dimanfaatkan untuk hal yang sama. Namun, hingga saat ini yang sudah diteliti dan menunjukkan hasil positif baru musik klasik, terutama karya Mozart. Jenis musik ini terbukti efektif dalam menstimulasi perkembangan otak belahan kanan dari janin. Menurut Suzuki (1987), seperti dikutip Utami, bila anak dibesarkan dalam suasana musik Mozart sejak dini, jiwa Mozart yang penuh kasih sayang akan tumbuh juga dalam dirinya.

Mendengar alunan musik yang tenang, jantung si janin berdenyut dengan tenang pula. Bahkan, setelah dilahirkan mendengarkan musik klasik juga memberi pengaruh baik bagi si bayi. Sekadar contoh, seperti diberikan Utami, seorang bayi berusia tiga bulan, yang sejak lahir sering diputarkan musik klasik, mampu menggerakkan badannya sesuai dengan iramanya. Jika irama makin cepat menuju klimaks, gerakan bayi lebih cepat dan aktif, dan ketika musik berhenti dia menunjukkan ketidaksenangan.

Sementara untuk merangsang belahan otak kiri yang bertanggung jawab terhadap kemampuan akademik, tambah Isye, musik dengan syair yang mendidik terbukti memberi pengaruh baik. "Saya menggunakan lagu-lagu anak-anak Indonesia. Itu merupakan eksperimen saya sendiri. Nah, intervensi yang saya gunakan selama ini ternyata ada gunanya. Bayi yang dilahirkan, ketika berusia dua tahun ternyata memiliki kemampuan komunikasi pasif dan aktif seperti anak usia empat tahun. Contoh lainnya, bayi berusia tiga bulan umumnya belum ada tanda-tanda mengeluarkan kata-kata 'a-e-o'. Tapi bayi yang, ketika masih dalam kandungan, mendapat terapi musik sudah bisa mengeluarkan kata-kata itu, kemampuan berbahasanya lebih cepat," ungkapnya.

Isye juga menyatakan, lagu anak-anak yang dipilih untuk terapi cukup dua tiga lagu. Musik bersyair itu misalnya lagu anak-anak ciptaan Ibu Sud atau Ibu Kasur. Menurut dia, Pelangi-Pelangi merupakan lagu paling disukai. "Pada akhir lagu itu 'kan ada syair '... ciptaan Tuhan'. Jadi sejak janin, calon anak ini sudah mengenal kata Tuhan," jelasnya.

Stimulasi perkembangan otak janin ini bisa dilakukan sejak usia kehamilan 18 - 20 minggu. Menurut Harold I. Kaplan, Benjamin J. Sadock, dan Jack A. Grebb, pada usia itu janin sudah dapat mendengar. Dia juga sudah bisa bereaksi terhadap suara dengan memberi respons berupa kontraksi otot, pergerakan, dan perubahan denyut jantung. Bahkan, pada usia itu perkembangan mental emosional janin sudah dapat dipengaruhi musik.

Mendengarkannya bisa dilakukan di mana saja. Namun, untuk tujuan terapi sebaiknya dilakukan di tempat khusus untuk terapi dan dipandu oleh pakarnya. "Di tempat terapi ini akan tercipta suasana kebersamaan. Dengan kebersamaan itu, mereka bisa bertukar pengalaman dan sebagainya, sehingga saat menghadapi persalinan persiapan mental mereka sudah bagus dan rasa percaya dirinya juga bagus," jelas Isye. Di samping itu ibu hamil dianjurkan pula mendengarkan musik di rumah secara teratur.

Dalam melakukan terapi musik, ibu hamil mesti melalui tahapan relaksasi fisik dan mental sebelum memasuki tahapan stimulasi terhadap janin. "Untuk mencapai rileks fisik saya memberikan relaksasi progresif di mana ibu-ibu mengendurkan dan mengencangkan otot-ototnya, mengatur pernapasan dan sebagainya. Setelah secara fisik rileks, baru memasuki relaksasi mental. Dalam relaksasi mental, saya mengucapkan kata-kata yang bersifat sugesti dan menguatkan. Jadi secara fisik mereka rileks, dan saya membawa mereka ke dalam suasana di mana mereka bisa melupakan semua konflik yang mereka rasakan sebelumnya. Mereka hanya berkonsentrasi untuk terapi. Pada saat diberi instruksi-instruksi untuk relaksasi, diperdengarkan alunan musik yang bisa membangkitkan perasaan rileks. Setelah itu, baru memasuki stimulasi untuk janin," jelas psikolog yang memperdalam terapi musik di Jerman ini.
Waktu yang diperlukan untuk terapi sekitar 30 menit, untuk relaksasi (10 - 15 menit), dan stimulasi (15 - 20 menit). Di rumah, lamanya mendengarkan musik yang dianjurkan untuk ibu hamil sekitar 30 menit setiap hari. Sebaiknya, saat mendengarkan jarak loudspeaker sekitar 50 cm dari perut. Si ibu bisa melakukannya dalam keadaan istirahat atau aktif seperti membaca atau melakukan senam hamil.

Untuk memperoleh manfaat dari mendengarkan musik, ibu hamil dianjurkan mendengarkan dengan penuh perhatian dan kesadaran. Musik mesti mendapat kesempatan untuk merasuk ke dalam pikiran. Dengan demikian, suara, harmoni, dan irama musik dapat mendorong seseorang untuk bergairah, kreatif, dan menyenangkan.
Bagi yang belum terbiasa mendengarkan musik klasik, sebaiknya dimulai dengan belajar menikmati musik klasik ringan macam gubahan Johann Strauss. Setelah terbiasa bisa dicoba dengan yang lebih berat dan sudah terkenal seperti gubahan W.A. Mozart, Fredric Chopin, dan Ludwig van Beethoven. Berikutnya dicoba musik dengan komposisi lengkap, seperti konser atau simfoni.

Memutar janin sungsang
Uniknya, stimulasi musik klasik juga bisa digunakan untuk memutar posisi janin sungsang menjadi normal. Menurut dr. Ronald David, SpOG, ahli kebidanan dan penyakit kandungan Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya, Jakarta, beberapa jenis musik baroque ciptaan Antonio Vivaldi dan Johann Sebastian Bach, kini digunakan di Kanada dalam upaya memutar letak janin yang sungsang sejak usia 32 - 35 minggu.

Semula upaya memutar letak janin ini dilakukan cuma melalui senam ( postural exercise ) dengan posisi the breech tilt (berbaring dengan pantat disokong tiga bantal hingga tingginya sekitar 30 cm dari lantai dan lutut ditekuk) yang diperkenalkan pertama kali oleh Marianne B.W. pada 1983. Atau, dengan cara visualisasi (mengubah posisi janin dengan kemampuan mental). Pada tahun 1987 Penny Simkin P.T. menyempurnakan cara senam dengan memadukan senam dan musik.

Dalam memadukan senam dan musik klasik, posisi senam the breech tilt atau knee chest (menungging dengan dada menempel pada lantai) sebenarnya sama saja. "Namun, posisi the breech tilt menimbulkan lebih banyak keluhan pada ibu hamil. Karena itu, kami menganjurkan untuk memilih posisi knee chest ," jelas dr. Ronald.

Dengan posisi itu ditambah dengan gaya gravitasi, kepala janin akan jatuh ke arah fundus uteri . Gaya gravitasi yang terus-menerus menyebabkan kepala janin lebih fleksibel sehingga dagu janin menyentuh dadanya. Berat badan serta penekanan oleh usaha janin sendiri untuk mencari suara musik klasik agar lebih jelas menyebabkan terjadinya perputaran letak lintang dan kemudian menjadi letak kepala.

Untuk tujuan ini, ibu hamil perlu pemeriksaan medis dan pemeriksaan USG terlebih dahulu guna mengetahui letak plasenta. Dari hasilnya bisa diketahui bisa-tidaknya si ibu melakukan senam yang dikombinasi dengan terapi musik untuk mengubah posisi janin. Kalau OK, latihan bisa dimulai. Latihan ini dimulai pada usia kehamilan 32 - 36 minggu. Tempat sebaiknya dipilih yang tenang dan bebas bising. Frekuensinya tiga kali sehari, masing-masing 10 - 15 menit. Latihan sebaiknya dilakukan saat janin aktif dan perut ibu dalam keadaan kosong.

Saat latihan sepasang earphone ditempelkan di bagian perut bawah, tempat kepala janin diharapkan akan berada, dengan bantuan plester atau perekat lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan, musik klasik baroque (Vivaldi, Bach, Mozart) lebih baik ketimbang jenis romantic (Chopin, Debussy, Beethoven). Musik rock malah mengganggu putaran janin. Pikiran hendaknya membayangkan janin berputar ke arah yang diharapkan. Bila kepala terasa panas, pusing, mual, latihan dihentikan dan diulang keesokan harinya. Setelah dua minggu latihan, perlu pemeriksaan dokter untuk mengetahui keberhasilannya. Bila belum berhasil, perlu dilanjutkan lagi selama dua minggu dengan lama latihan sekitar 30 menit.

"Kunci keberhasilan senam yang dikombinasikan musik klasik untuk memutar letak bayi ini tergantung motivasi ibu melakukannya," jelas dr. David. Sedangkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan perputaran di antaranya letak sungsang Frank Breech , lilitan tali pusat, plasenta inersi di comu uteri yang berhadapan dengan muka janin, dan kelainan bentuk uteris ( bicomis, subseptus ).

Saat ini penggunaan musik klasik untuk stimulasi atau terapi bagi janin dan ibu hamil memang bukan hal baru di negara maju macam Prancis dan Jepang. Sebaliknya, di Indonesia baru dicoba sejak beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1994 RSAB Harapan Kita, Jakarta , merintis penerapan cara-cara stimulasi atau terapi ini. Setelah itu, beberapa rumah sakit ikut mempraktikkan. Di antaranya RS Atmajaya, RS Pantai Indah Kapuk, dan RS Pluit. Bahkan, terapi musik sudah masuk ke Puskesmas meski baru Puskesmas Tambora, Jakarta Barat yang mempraktikkannya.

Namun, jauh dari pusat-pusat pelayanan kesehatan juga bukan berarti ibu-ibu hamil tidak bisa melakukannya. Mereka bisa mencobanya di rumah sendiri, syukur-syukur bila sempat berkonsultasi denga terapis musik terlebih dahulu.